FILSAFAT DAKWAH
AL-QUR’AN SEBAGAI SUMBER INSPIRASI
DAKWAH
Oleh
Sonia
Swastika (153133039)
FAKULTAS
DAKWAH DAN KOMUNIKASI
PENGEMBANGAN
MASYARAKAT ISLAM (PMI)
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MATARAM
2012/2013
Al-Qura’n
Sebagai Sumber Inspirasi Filsafat
Dakwah
A.
Konsep
dakwah dalam al-qur’an
Dalam perspektif dakwah, Al-qur’an dipandang sebagai kitab dakwah yang merupakan rujukan
pertama dan utama. Al-qur’an memperkenalkan sejumlah istilah kunci yang
melahirkan konsep dasar dakwah.
Istilah-istlah
dakwah dalam al-Qur’an
yang dipandang paling populer adalah:
1.yad’una
ila al-khayar.
2.ya’muruna
bi al-ma’ruf.
3.yanhauna
‘an al-munkar.
Ketika
berbicara tentang ontology dakwah, al-Qura’n memperkenalkan sejumlah istilah
atau konsep dasar dakwah yang lebih banyak di ekspresikan dalam bentuk kata
kerja transitif (fi’il muta’adi).
Ketika
berbicara secara epistimology dakwah,al-Qur’an mengenalkan gagasan dan visi
dakwah yang akan melahirkan prinsip dakwah Al-Qur’an.
Ketika
berbicara tentang aksiologi dakwah,al-qur’an menegaskan suatu misi dan tujuan
sebagai pesan moral utamanya.adalah khalifah
dan risalah hal itu diwujudkan dalam dalam wujud
penghayatan (internalisasi),penyebaran(tyransmisi) dan perubahan atau
pembangunan (transpormasi) nilai-nilai kebaikan (al-birr) dan kebenaran serta
kesucian sebagai hidayah illahi yang perlu ditegakkan dalam kehidupan sosial
budaya dari masa kemasa ,sesuai dengan makna serta tugas Nabi dan Rasul sebagai
pembawa kabar gembira dan penyampai risalah illahi.
Tegasnya
,tujuan dakwah qur’ani dapat di kategorikan ke dalam 3 bentuk:
1. Tujuan
ideal yaitu terciptanya situasi dan kondisi dar al-salam atau al-nur.
2. Tujuan
institusional yaitu tegaknya tata aturan ibadah dan muamalah sesuai dengan
ajaran islam.
3. Tujuan
operasional yaitu tegaknya al-birr dan al-haqq yang dorefleksikan dalam wujud
akhlak mulia.
B.
Konstrusi
keilmuan filsafat dakwah dalam al-qur’an .
Dengan bahasa singkat mengenai pandangan Al-Qur’an
sebagai mana diuraikan diatas,yang dijadikan dalam membangun epystimologi
dakwah islam dapat diketahui bahwa dalam epystemologi dakwah dalam visi
Al-Qur’an harus didasarkan pada sumber pengetahuan,yakni Allah SWT melalui
kitab yang mengandung segala hikmah (Al-Qur’an) dengan menggunakan segenap
potensi manusia (QS.16:78).
Nursamad mengatakan
bahwa .prinsip-prinsip epistimologi dalam al-hikmah (filsafat),didasarkan
kepada wahyu dan keimanan.Dengan alasan :
1. Karena
tanpa wahyu niscaya manusia mengalami keputusan untuk mencapai kebenaran yang
pasti.
2. Wahyu
di anggap sebagai stimulant bagi potensi-potensi intelektual ibarat air hujan
menyuburkan tanah kering.
3. Berdasarkan
hubungan dan keterikatan interaksi antar wahyu dengan potensi pengetahuan
,integritas dan harmonisasi pengetahuan-pengetahuan empiric,rasional,dan
intuitif dapat terjalin dengan baik.
4. Pengetahuan
yang diperkenalkan melalui al-hikmah adalah pengetahuan berdimensi intelektual
dan moral.
5. Seluruh
proses pengetahuan dan al-hikmah ditentukan oleh kegiatan pembersihan diri
karena bentuk dan jenis pengetahuan apapun yang tercapai ,kiranya merupakan
gejala jiwa yang pada dasarnya tidak terlepas dari 3 macam kecendrungan
yaitu;ego,hawa,nafsu(termasuk godaan syetan) ,dan bisikan illahi.
Sabagai suatu disiplin ilmu dakwah dalam menjalankan
fungsi keilmuannya dengan berdasarkan kajian tersebut:
Ø Metode
istinbath adalah proses penalaran dalam menjelaskan ,memprediksi,mengepaluasi
hakikat dakwah dengan mengacu pada al-qur’an ,sunnah,dan produk ijtihad ulama
dalam mengalami keduanya.
Ø Metode
iqtibas adalah proses penalaran dalam menjelaskan ,memprediks dan mengepaluasi
hakikat dakwah dengan mengambil pelajaran dari teori ilmu sosial dan filsapat
manusia.
Ø Metode
istiqra adalah proses penalaran dalam
menjelaskan memprediksi dan mengepaluasi hakikat dakwah melalui kegiatan
penelitian pada tataran konsep dan pada tataran realitas macam-macam aktipitas
dakwah dengan cara kerja ilmiah.
C.
Hikmah
Dalam Al-Qur’an Dan Kegiatan Dakwah
Dalam
Surat Al-Baqoroh Ayat 269 Allah Swt Berfirman:
“Allah Menganugerahkan Al-Hikmah
(Kepahaman Yang Dalam Tentang Al-Qur’an Dan As-Sunah)Kepada Siapa Yang
Dikehendaki-Nya.Dan Barang Siapa Yang Dianugerahi Hikmah,Ia Benar-Benar Telah
Dianugerahi Karunia Yang Banyak.Dan Hanya Orang-Orang Yang Berakallah Yang
Dapat Mengambil Pelajaran (Dari Firman Allah).”(Qs.Al-Baqoroh Ayat 269).
Dapat disimpulkan bahwa hikmah adalah kemampuan
rohani yang diberikan allah kepada manusia yang dikehendakinya.
Dalam kaitannya dengan dakwah da’I yang mempunyai
hikmah seharusnya adil dan perbuatannya baik untuk dirinya dan untuk orang lain
,ia juga harus adil ketika berdakwah maupun dalam kehidupan di luar dakwah.
Berdasarkan
uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa hikmah itu :
·
Hikmah menjadi
hakikat atau prinsip dasar dari metode dan semua perangkat dakwah.
·
Semua perangkat
dakwah harus dijiwai dan diacukan kepada prinsip-prinsip dasar atau
hakikat(hikmah)tersebut agar dakwah sukses,hkmah harus menjadi dasar dalam
pemilihan metode ,teknik dan model dakwah,begitu juga dengan hikmah dalam
pengenalan kondisi dan profil objek ,pemilihan materi,waktu,media dan sarana
serta tutur kata.
·
Dengan demikian
hikmah dalam dakwah dapat diartikan sebagai “seperangkat kemampuan yang dimiliki da’I yang diperoleh dari pemahaman
terhadap al-qur’an ,al-hadist,dan sejarah dakwah,guna memahami ,memilih dan
menerapkan perangkat dakwah secara tepat dan benar”.
D.
Pancaran Adil Dan Hikmah Dalam Dakwah
Dari perspektip etika,adil termasuk sikap batin yang
didalamnya terkandung getaran yang disebut prasangka
baik.(khuhusnudezon)artinya orang yang adil tidak akan berperasangka
jelek(su’udzon) terhadap orang lain,sama halnya kita tidak berharap orang lain
berprasangka jelek kepada kita.prasangka baik sebagai pancaran dari sipat adil
harus ditumbuh kembangkan dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kegiatan
dakwah.
Hikmah itu adalah cahaya(karunia allah)yang
berselubung kaca yang menyatu dengan cahaya itu membuat cahaya semakin terang
dan menembus keluar kaca menyinari objek dakwah.kaca selubung itu berupa sipat
adil dan berprasangka baik.
Pada
diri da’I,hakekat hikmah diketahui dari sikap,tutur kata dan perilakunya,dan
jika hal ini sudah nampak pada diri da’I maka objek dakwah akan menerima diri
dan dakwahnya dengan simpati.dengan begitu da’I akan sukses apabila da’I
mempunyai sikap,tutur kata yang baik dan prilaku yang adil serta berprasangka
baik terhadap objek dakwahnya.
E.
Al-Qur’an Sebagai Sumber Inspirasi Dakwah
Pada dasarnya Al-Qur’an itu sendiri merupakan dakwah
bagi pengembangan islam karna
Al-Qur’an
mencakup cerita orang-orang yang terdahulu dan sayariat-syariantnya serta
hukum-hukumnya.Al-Qur’an
juga mencakup antropologi dan membicarakan tentang seruan untuk mengkaji alam
semesta.sebagian lagi, Al-Qur’an membicarakan keimanan. Oleh karna itu,
Al-Qur’an telah cukup untuk dakwah asalkan pandai menjelaskannya.
Al-Qur’an sebagai inspirasi pilsapat dakwah
karna al-qur’an sendiri mempunyai tujuan sebagai berikut:
1.
Untuk
membersihkan akal dan menyucikan jiwa dari segala bentuk sirik serta
memantapkan keyakinan tentang keesaan yang sempurna bagi tuhan seru sekalian
alam, keyakinan yang tidak semata-mata sebagai suatu konsep teologi,tetapi
falsafah hidup.
2.
Utuk mengajarkan
kemanusiaan yang adil dan beradap, yakni bahwa umat manusia merupakan suatu
uman yang seharusnya dapat berkerja sama dalam pengabdian kepada allah dan
pelaksanaan tugas kekhalifahan.
v Al-Qur’an
adalah kitab dakwah yang juga merupakan pesan dakwah Allah Swt ,sebab Allah
menerangkan kemaujudannya melalui dakwah. Al-Qur’an menjelaskan secara
ekseflisit adanya aktifitas dakwah sebagai sesuatu yang diperintahkan, yang
diantara modelnya adalah hikmah.
v Al-Quran
menjelaskan salah satu identitas kediriannya sebagai “Kitab Hikmah” dan “Al-Qur’anul
Karim”yaitu buku dan bacaan hikmah yang berarti kearifan, ilmu dan kebijak
sanaan yang sepadan dengan arti filsafat, yaitu cinta ilmu dan kebijaksanaan.
v Terdapat
ayat-ayat yang menerangkan tentang hikmah,seperti menyatakan bahwa allah telah
memberikan”hikmah” kepada lukman dan lain sebagainya.
v Intinya,al-qur’an
telah mengisyaratkan keberadaan filsafat dalam al-qur’an dengan
kalimat”hikmah”.dengan demikian dapat ditarik benang merah bahwa filsafat
dakwah adalah filsafat al-qur’an ,filsafat al-qur’an adalah filsafat dakwah.
REFERENSI
·
Sambas, Syukriadi.1999. Sembilan Pasal Pokok-Pokok
Filsafat Dakwah .Bandung:KP HADID.Hal.2-3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar