MAKALAH
HUBUNGAN
MANUSIA DENGAN KEBUDAYAAN
Oleh :
SONIA SWASTIKA (153133039)
PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MATARAM
2012/2013
KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum War. Wab.
Bismillahir
rohmaanir aohiim.
Setelah terselesainya kami menyusun makalah kami yang berjudul hubungan
manusia dengan kebudayaan, maka tiada ucapan yang pantas untuk kami
lapaskan kecuali ucapan tahmid dan tasyakur kehadirat allah SWT, sang pencipta
dan pengatur tunggal alam semesta, dan kepaadanyalah kami meminta pertolongan
atas suksesnya segala urusan, baik yang menyangkut urusan dunia maupun akhirat
Shalawat dan salam
semoga selalu terlantunkan
kepada junjungan Rasulullah Muhammad SAW, yang telah gigihnya
memperjuangkan kita ummatnya, sampai akhirnya kita bisa mengecam kenikmatan
berAgama islam seperti pada saat sekarang ini.
Kami juga sadar bahwa makalah yang kami buat masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari saudara
(pembaca), untuk kesempurnaan makalah kami untuk selanjutnya, dan akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi pembacanya.
Amien..
Mataram, 09 Mei, 2013
Penyusun
DAFTAR
ISI
Halaman judul
.......................................................................................
Kata Pengantar
.......................................................................................
Daftar Isi ................................................................................................
BAB I
PENDAHHULUAN .............................................................................
A.
Latar belakang
................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN
....................................................................................
Pengertian Dan Hakikat Manusia ...................................................
A.
Pengertian
budaya ...........................................................................
B.
Unsur-unsur
budaya ........................................................................
C.
Macam-macam
sifat budaya ...........................................................
D.
Manusia
sebagai mahluk budaya ....................................................
E.
Hubungan
Manusia dan Budaya…………………………………..
F.
Contoh
hubungan manusia dan kebudayaan……………................
BAB III
Kesimpulan .............................................................................................
Daftar
Pustaka ............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Manusia
adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna, karena memiliki akal dan budi.
Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri dan saling
bergantung satu sama lain. Manusia dan kebudayaan memiliki ikatan yang tidak
dapat di pisahkan di dalam kehidupan. Manusia menciptakan kebudayaannya sendiri
dan melestarikannya secara turun temurun. Kebudayaan tercipta berdasarkan
kejadian dan kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-harinya yang di alami.
Gagasan atau pikiran manusia merupakan wujud kebudayaan yang bersifat abstrak dan berpusat pada kepala-kepala manusia yang menganutnya. Bila warga masyarakat tadi menyatakan gagasan mereka dalam tulisan, maka kebudayaan tersebut berupa karangan dan buku-buku karya warga masyarakat yang menulisnya. Manusia menciptakan kebudayaan dan setelah kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan akan mengatur hidup manusia. Pada kondisi sekarang ini kita tidak dapat membedakan mana yang terlebih dulu muncul antara manusia dan kebudayaan.
Gagasan atau pikiran manusia merupakan wujud kebudayaan yang bersifat abstrak dan berpusat pada kepala-kepala manusia yang menganutnya. Bila warga masyarakat tadi menyatakan gagasan mereka dalam tulisan, maka kebudayaan tersebut berupa karangan dan buku-buku karya warga masyarakat yang menulisnya. Manusia menciptakan kebudayaan dan setelah kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan akan mengatur hidup manusia. Pada kondisi sekarang ini kita tidak dapat membedakan mana yang terlebih dulu muncul antara manusia dan kebudayaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.PENGERTIAN
DAN HAKEKAT MANUSIA
Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk ang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu.
Dalam
hubungannya dengan lingkungan, manusia merupakan suatu oganisme hidup (living
organism). Terbentuknya pribadi seseorang dipengaruhi oleh lingkungan
bahkan secara ekstrim dapat dikatakan, setiap orang berasal dari satu
lingkungan, baik lingkungan vertikal (genetika, tradisi), horizontal
(geografik, fisik, sosial), maupun kesejarahan. Tatkala seoang bayi lahir, ia
merasakan perbedaan suhu dan kehilangan energi, dan oleh kaena itu ia menangis,
menuntut agar perbedaan itu berkurang dan kehilangan itu tergantikan. Dari sana
timbul anggapan dasar bahwa setiap manusia dianugerahi kepekaan (sense) untuk
membedakan (sense of discrimination) dan keinginan untuk hidup. Untuk dapat
hidup, ia membutuhkan sesuatu. Alat untuk memenuhi kebutuhan itu bersumber dari
lingkungan Makhluk
ciptaan Tuhan yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan yang utuh.
Makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, jika dibandingkan dengan makhluk
lainnya. Terdiri dari dua hal,yaitu perasaan inderawi dan perasaan rohani.
Perasaan rohani adalah perasaan luhur yang hanya terdapat pada manusia,misalnya:
1. Perasaan intelektual,
2. Perasaan estetis,
3. Perasaan etis,
4. Perasaan diri,
5. Perasaan sosial,
6. Perasaan religius.
> Makhluk biokultural, yaitu makhluk hayati yang budayawi.
> Makhluk ciptaan Tuhan yang terikat dengan lingkungan (ekologi), mempunyai kualitas dan martabat karena kemampuan bekerja dan berkarya.
Hakekat
manusia adalah sebagai berikut :
1. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
2. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas
tingkah laku intelektual dan sosial.
3. yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan
mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
4. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak
pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.
5. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha
untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih
baik untuk ditempati
6. Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan
ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas
7. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan
baik dan jahat.
8. Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan
sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusaannya
tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.
Perkembangan
merupakan suatu proses sosialisasi dalam bentuk irnitasi yang berlangsung
dengan adaptasi (penyesuaian) dan seleksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan manusia adalah keturunan, lingkungan, dan manusia itu sendiri.
Fase-fase
perkembangan menurut beberapa ahli psikologi :
a.
|
Menurut
Aristoteles
|
||
1).
|
0,0-7,0 :
masa anak kecil
|
||
2).
|
7,0-14,0 :
masa anak
|
||
3).
|
14,0-21,0
: masa remaja
|
||
b.
|
Menurut
Mantessori
|
||
1).
|
0,0-7,0 :
periode penemuan dan pengaturan dunia luar.
|
||
2).
|
7,0-12,0 :
periode rencana abstrak
|
||
3).
|
12,0-18,0
: periode penemuan diri dan kepekaan sosial
|
||
4).
|
18,0- :
periode pendidikan tinggi
|
||
c.
|
Menurut
Comenius
|
||
1).
|
0,0-6,0 :
scola matema
|
||
2).
|
6,0-12,0 :
scolavernatulata
|
||
3).
|
12,0-18,0
: scola latina
|
||
4).
|
18,0-24,0
: acodemia
|
||
d.
|
Menurut
J.J Rousseau
|
||
1)
|
0,0-2,0 :
masa asuhan
|
||
2).
|
2,0-12,0 :
masa pendidikan jasmani dan latihan panca indera
|
||
3).
|
12,0-15,0
: masa pendidikan akal.
|
||
4).
|
15,0-20,0
: masa pembentukan watak dan pendidikan agama
|
||
e.
|
Menurut
Oswald Kroch
|
||
1).
|
masa
anak-anak
|
||
2).
|
masa
bersekolah
|
||
3).
|
masa
kematanga.
|
||
f.
|
Menurut
Elizabeth B. Hurlock
|
||
1).
|
periode
pre natal
|
||
2).
|
masa oral
|
||
3).
|
masa bayi
|
||
4).
|
masa
anak-anak
|
||
5). masa
pubertas
B.Pengertian Kebudayaan
Budaya atau kebudayaan
berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan
bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal
yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa inggris,
kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata latin Colere,
yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah
atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai
"kultur" dalam bahasa Indonesia. Budaya adalah suatu
cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang
dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari
banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat,
bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana
juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga
banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika
seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan
menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu
dipelajari.Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat
kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku
komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak
kegiatan sosial manusia.
Beberapa alasan mengapa orang
mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain
terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit
nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan
atas keistimewaannya sendiri.”Citra yang memaksa” itu mengambil bentuk-bentuk
berbeda dalam berbagai budaya seperti “individualisme kasar” di Amerika,
“keselarasan individu dengan alam” di Jepang dan “kepatuhan kolektif” di
Cina.
Citra budaya yang bersifat memaksa
tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang
layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam
anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat
dan pertalian dengan hidup mereka.
Dengan demikian, budayalah
yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan
aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan
masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislow Malinowski
berpendapat bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat
ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah
untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Herskovits memandang
kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi
yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas
Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu
pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan
lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang
menjadi ciri khas suatu masyarakat. Upacara kedewasaan dari suku
WaYao di Malawi, Afrika. Menurut Edward B. Tylor, kebudayaan merupakan
keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan
lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Sedangkan menurut
Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil
karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh
pengertian mengenai kebudayaan yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem
ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam
kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan
kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk
yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya
pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni,
dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan
kehidupan bermasyarakat.
C. Unsur-unsur
Kebudayaan
Mengenai unsur kebudayaan, dalam bukunya pengantar
Ilmu Antropologi, Koenjtaraningrat, mengambil sari dari berbagai kerangka
yang disusun para sarjana Antropologi, mengemukakan bahwa ada tujuh unsur
kebudayaan yang dapat ditemukan pada semua bangsa di dunia yang kemudian
disebut unsur-unsur kebudayaan universal, antaralain :
1.
Bahasa
2.
Sistem
Pengetahuan
3.
Organisasi
Sosial
4.
Sistem
Peralatan Hidup dan Teknologi
5.
Sistem
Mata Pencaharian 6.Religi dan kesenian
|
|||
D.MACAM-MACAM
SIFAT BUDAYA
Budaya yang Bersifat Abstrak
Budaya yang bersifat abstrak ini
letaknya ada di dalam alam pikiran manusia, misalnya terwujud dalam ide,
gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan-peraturan, dan cita-cita. Jadi
budaya yang bersifat abstrak adalah wujud ideal dari kebudayaan. Ideal
artinya sesuatu yang menjadi cita-cita atau harapan bagi manusia sesuai dengan
ukuran yang telah menjadi kesepakatan.
Budaya yang Bersifat konkret
Wujud budaya yang bersifat
konkret berpola dari tindakan atau peraturan dan aktivitas manusia di dalam
masyarakat yang dapat diraba, dilihat, diamati, disimpan atau diphoto.
Koencaraningrat menyebutkan sifat budaya dengan sistem sosial dan fisik, yang
terdiri atas:perilaku, bahasa dan materi.
a. Perilaku
Perilaku adalah cara bertindak
atau bertingkah laku dalam situasi tertentu. Setiap perilaku manusia dalam
masyarakat harus mengikuti pola-pola perilaku (pattern of behavior)
masyarakatnya.
b. Bahasa
Bahasa adalah sebuah sistem
simbol-simbol yang dibunyikan dengan suara (vokal) dan ditangkap dengan telinga
(auditory). Ralp Linton mengatakan salah satu sebab paling penting dalam
memperlambangkan budaya sampai mencapai ke tingkat seperti sekarang ini adalah
pemakaian bahasa. Bahasa berfungsi sebagai alat berpikir dan berkomunikasi.
Tanpa kemampuan berpikir dan berkomunikasi budaya tidak akan ada.
c. Materi
Budaya materi adalah hasil dari aktivitas atau
perbuatan manusia. Bentuk materi misalnya pakaian, perumahan, kesenian,
alat-alat rumah tangga, senjata, alat produksi, dan alat transportasi.
E. MANUSIA
SEBAGAI MAKHLUK BUDAYA
Dari penjelasan di atas jelaslah
bahwa manusia sebagai makhluk yang paling sempurna bila dibanding dengan
makhluk lainnya, mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk mengelola bumi. .
Oleh karena itu untuk menjadi manusia yang berbudaya, harus memiliki ilmu
pengetahuan, tekhnologi, budaya dan industrialisasi serta akhlak yang tinggi
(tata nilai budaya) sebagai suatu kesinambungan yang saling bersinergi,
sebagaimana dilukiskan dalam bagan berikut:
Hommes mengemukakan bahwa, informasi
IPTEK yang bersumber dari sesuatu masyarakat lain tak dapat lepas dari landasan
budaya masyarakat yang membentuk informasi tersebut. Karenanya di tiap
informasi IPTEK selalu terkandung isyarat-isyarat budaya masyarakat asalnya.
Selanjutnya dikemukakan juga bahwa, karena perbedaan-perbedaan tata nilai
budaya dari masyarakat pengguna dan masyarakat asal teknologinya,
isyarat-isyarat tersebut dapat diartikan lain oleh masyarakat penerimanya.
Kehidupan berkelompok mahluk manusia
F.Hubungan manusia dan kebudayaan
Manusia dan kebudayaan merupakan dua hal yang sangat
erat berkaitan satu sama lain. Manusia di alam dunia inimemegang peranan yang
unik, dan dapat dipandang dari berbagai segi. Dalam ilmu sosial manusia
merupakan makhluk yang ingin memperoleh keuntungan atau selalu memperhitungkan
setiap kegiatan sering disebut homo economicus (ilmu ekonomi). Manusia
merupakan makhluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri (sosialofi), Makhluk
yang selalu ingin mempunyai kekuasaan (politik), makhluk yan g berbudaya dan
lain sebagainya.
G. Contoh hubungan manusia
dan kebudayaan
Secara sederhana hubungan antara manusia dan
kebudayaan adalah : manusia sebagai perilaku kebudayaan, dan kebudayaan merupakan
obyek yang dilaksanakan manusia.
Dalani sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya bahwa walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Manusia menciptakan kebudayaan, clan setclah kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan mengatur hidup manusia agar sesuai dcngannya. Tampak baliwa keduanya akhimya merupakan satu kesatuan. Contoh sederhana yang dapat kita lihat adalah hubungan antara manusia dengan peraturan - peraturan
kemasyarakatan. Pada saat awalnya peraturan itu dibuat oleh manusia, setelah peraturan itu jadi maka manusia yang membuatnya hams patuh kepada peraturan yang dibuatnya sendiri itu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan, karena kebudayaan itu merupakan perwujudan dari manusia itu sendiri. Apa yang tercakup dalam satu kebudayaan tidak akan jauh menyimpang dari kemauan manusia yang membuatnya.Apabila manusia melupakan bahwa masyarakat adalah ciptaan manusia, dia akan menjadi terasing atau tealinasi (Berger, dalam terjemahan M.Sastrapratedja, 1991; hal : xv)
Dalani sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya bahwa walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Manusia menciptakan kebudayaan, clan setclah kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan mengatur hidup manusia agar sesuai dcngannya. Tampak baliwa keduanya akhimya merupakan satu kesatuan. Contoh sederhana yang dapat kita lihat adalah hubungan antara manusia dengan peraturan - peraturan
kemasyarakatan. Pada saat awalnya peraturan itu dibuat oleh manusia, setelah peraturan itu jadi maka manusia yang membuatnya hams patuh kepada peraturan yang dibuatnya sendiri itu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan, karena kebudayaan itu merupakan perwujudan dari manusia itu sendiri. Apa yang tercakup dalam satu kebudayaan tidak akan jauh menyimpang dari kemauan manusia yang membuatnya.Apabila manusia melupakan bahwa masyarakat adalah ciptaan manusia, dia akan menjadi terasing atau tealinasi (Berger, dalam terjemahan M.Sastrapratedja, 1991; hal : xv)
Manusia dan kebudayaan, atau manusia dan masyarakat, oleh karena itu
mempunyai hubungan keterkaitan yang erat satu sama lain. Pada kondisi sekarang
ini kita tidak dapat lagi membedakan mana yang lebih awal muncul manusia atau
kebudayaan. Analisa terhadap keberadaan keduanya hams menyertakan pembatasan
masalah dan waktu agar penganalisaan dapat dilakukan dengan lebih cermat.
Manusia adalah
jenis mahluk yang hidup dengan cara berkelompok-lompok. Dengan demikian, maka
pengetahuan mengenai asas-asas hidup berkelompok yang sebenarnya dapat kita
pelajari pada jenis protozoa, serangga, dan binatang berkelompok lainnya. Meski
demikian masih ada suatu perbedaan asasi yang sangat mendasar antara kehidupan
kelompok binatang dan kehidupan kelompok manusia. Sistem pembagian kerja,
aktivitas kerja sama, dan berkomunikasi dalam kehidupan kelompok binatang
bersifat naluri.
Dinamika masyarakat dan kebudayaan
a.
Konsep-konsep khusus mengenai pergeseran masyarakat dan kebudayaan
Diantara konsep-konsep yang terpenting ada mengenai proses belajar kebudayaan
oleh warga masyarakat bersangkutan, yaitu internalisasi (internalization),
sosialisasi (socialization), dan engkulturasi (enculturation).
Ada juga proses perkembangan kebudayaan umat manusia pada umumnya dan
bentuk-bentuk kebudayaan yang sederhana, hingga yang semakin kompleks, yaitu
evolusi kebudayaan secara geografis, terbaawa oleh perpindahan bangsa-bangsa
dimuka bumi, yaitu proses difusi. Proses lain adalah proses belajar unsur-unsur
kebudayaan asing oleh warga masyarakat, yaitu proses akumulasi, dan asimilasi.
Akhirnya ada proses pembaruan atau inovasi, yang berkaitan erat dengan penemuan
baru (discovery dan invention)
b.
Proses belajar kebudayaan sendiri
1.
Proses internalisasi
Manusia
mempunyai bakat yang telah terkandung dalam gennya untuk mengembangkan berbagai
macam perasaan, hasrat, nafsu, dan emosi dalam kepribadian individunya, akan
tetapi wujud dan pengaktifan dari berbagai macam isi kepribadiannya sangat
dipengaruhi oleh berbagai macam stimulasi yang berada disekitar alam dan
lingkumgan sosial maupun budayanya.
2.
Proses sosialisasi
Dalam proses
sosial seorang individu dari masa anak-anak hingga masa tuanya belajar
pola-pola tindakan dalam intaraksi dengan segala macam individu
disekelilingnya.
Sebagai
ilustrasi dari proses sosialisai, dalam pengalaman seorang bayi dalam suatu
keluarga golongan pegawai tinggi dikota. Permulaan hidup si bayi, lingkungan
masyarakatnya adalah ibu dan bapaknya, semenjak dia lahir hingga dia berumur
kurang lebih satu minggu. Dalam kontak dengan kedua orang tuanya, ia mengalami
tingkah laku mereka yang berdasarkan perhatian dan cinta. Kemudian dia juga
belajar kebiasaannya yang petama, ialah makan dan tidur pada saat-saat yang
tetap. Selama masa kanak-kanak ia juga berkenalan dengan para paman dan
bibinya, para tetangga serta kenalan-kenalan ayah dan ibunya. Ketika seorang
anak mulai sekolah, ia mulai mengenai perbedaan antara jenis kelamin perempuan
dan kelamin laki-laki. Menginjak usia remaja, hasrat birahinya mulai
berkembang. Untuk itu ia harus belajar menyesuaikan diri dengan segala aturan
kebudayaan, adat-istiadat yang ada di masyarakat.
3.
Proses Enkulturasi
“Enkulturasi”
adalah “pembudayaan” dalam bahasa inggris, yaitu “institutionalization”.
Proses Enkulturasi adalah proses seoprang individu mempelajari dan menyesuaikan
alam pikiran serta sikapnya dengan adat, sistem norma, dan peraturan yang hidup
dalam kebudayaannya.
c.
Proses Evaluasi Sosial
1.
Proses Micrcosopic Dan Macroscopic Dalam Evaluasi Sosial
2.
Proses Berulang Dalam Evaluasi Sosial Budaya
3.
Proses Mengarah Dalam Evaluasi Kebudayaan
d.
Proses Difusi
1.
Penyebaran Manusia
2.
Penyebarn Unsur-Unsur Kebudayaan
e.
Akulturasi dan asimilasi
1.
Akulturasi
Terdapat lima
masalah yang terkait dengan akulturasi, yaitu
1)
Mengenai metode-metode untuk mengobservasi, mencatat, dan
melukiskan suatu proses akulturasi dalam suatu masyarakat.
2)
Mengenai unsur-unsur kebudayaan asing yang mudah diterima, dan
sukar diterima oleh masyarakat.
3)
Mengenai unsur kebudayaan apa yang mudah diganti atau diubah, dan
unsur-unsur yang tidak mudah diganti atau diubah oleh unsur-unsur kebudayaan
asing.
4)
Mengenai individu-individu yang suka daan ccepat menerima, dan
individu-individu yang sukar dan lambat menerima unsur-unsur kebudayaan asing.
5)
Mengenai ketegangan dan krisis sosial yang timbul sebagai akibat
akulturasi.
2.
Asimilasi
Asimilasi (assimilation) adalah proses sossial
yang timbul bila ada (a) golongan-golongan manusia dengan latar belakang
kebudayaan yang berbeda-beda, (b) saling bergaul langsung secaara intensif
untuk waktu yang lama, sehingga (c) kebudayaan-kebudayaan golongan-golongan
tadi masing-masing berubah sifatnya yang khas, dan unsur-unsurny masing-masing
berubah wujudnya menjadi unsur-unsur kebudayaan campuaran.
Sikap toleransi dan simpati
terfhadap kebudayaan lain itu sering terhalang oleh berbagai faktor,
fator-faktor ini juga sudah tentu juga jadi penghalangproses asimilasi pada
umumnya. Faktor-faktor itu adalah: (a) kurangnya pengetahuan mengenai
kebudayaan yang dihadap, (b) sifat takut
trerhadap kekuatan dan kebudayaan lain, (c) perasaan suprioritas pada
individu-individu dari suatu kebudayaan terhadap yang lain.
f.
Pembaruan atau Inovasi
1.
Inovasi dan Penemuan
Inovasi adalah
suatu proses pebaruan dan penggunaan sumber-sumber alam, energi, dan modal,
pengaturan baru dari tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru yang semuanya
akan menyebabkan adanya sistem produksi menghasilkan produk-produk baru. Suatu
penemuan juga biasanya merupakan suatu proses yang panjang dan melalui dua
tahap khusus, yaitu discoveri dan invention.
Suatu discobri adalah suatu penemuan daari suatu unsur kebudayaan yang
baru, baik merupakan alat baru, suatu ide baru, yang diciptakan oleh seorang
individu maupun klompok orang. Discovery baru
menjadi invention bila masyarakat
sudah mengakui, menerima dan menerapkan penemuan baru itu.
Proses Discovery hingga ke invention
tidak hanya memerlukan individu,
yaitu penciptanya saja, tetapi suatu rangkaian yang terdiri dari beberapa orang
pencipta. Penemuan mobil misalnya yang dimulai dari aktifitas dari S. Marcus
yang berbangsa Amerika pada tahun 1875 mengembangkan motor gas pertama.
2.
Pendorong penemuan baru
a)
Kesadaran invidu akan kekurangan dalam kebudayaan.
b)
Mutu dari keahlian dalam suatu kebudayaan.
c)
Sistem peransang bagi aktivitas mencipta dalam masyarakat.
3.
Inovasi dan evaluasi
Suatu penemuan
baru selalu dilihat dari kebudayaan dimana penemuan itu terjadi. Hal ini
dikarenakan penemuan baru jarang merupakan suatu perubahan mendadakdan keadaan
tidak ada, menjadi ada. Dengan demikian proses inovasi (yaitu pembantuan
teknologi ekonomi dan lanjutannya) itu juga merupakan proses evaluasi. Bedanya
adalah bahwa dalam suatu proses individu-individu itu pasif, bahkan sring
bersifat negatif.
Kesimpulan.
Kebudayaan adalah salah satu istilah
teoritis dalam ilmu-ilmu sosial. Secara umum, kebudayaan diartikan sebagai
kumpulan pengetahuan yang secara sosial diwariskan dari satu generasi ke
generasi berikutnya. Dari pembahasan diatas kami dapat simpulkan bahwa manusia
berhubungan erat dengan kebudayaan yang ada pada lingkungan sekitarnya. Karena
kebudayaan tersebut merupakan cara beradaptasi untuk mengatur hubungan antar
manusia sebagai wadah masyarakat menuju taraf hidup tertentu. Kebudayaan
berpengaruh dalam membentuk pribadi seseorang sehingga mengharuskan manusia
untuk mengikuti norma-norma yang ada pada budaya tersebut. Dengan demikian,
budaya patokan cara hidup manusia di tempat dia berada. Selain itu dalam
kebudayaan mengajarkan tentang keimanan
DAFTAR PUSTAKA
Antropologi
MA. TS hal 35.39,KBK2009,2010,AntropologiSMA2009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar